Rabu, 10 November 2010

MEMAKNAI HARI KESEHATAN NASIONAL KE 45

Memaknai Hari Kesehatan Nasional Ke-45

Monday, 09 November 2009 09:11

Catatan : Bisara L. Tobing

Hari Kesehatan Nasional di peringati setiap tanggal 12 November, Tahun ini adalah yang ke 45. Seperti lazimnya perayaan ulang tahun, tentu dirayakan dengan sukacita, acara gerak jalan bersama, pemberian tanda penghargaan dan makan bersama. Kegembiraan tentu bertambah bagi orang-orang tertentu. Apakah karena merasa dekat dengan Menteri Kesehatan yang baru atau memang sudah mendengar akan terpilih menduduki jabatan baru. Sebagian lagi mungkin karena merasa menteri baru berarti harapan baru menuju perubahan yang lebih baik. Tidak ada yang salah dengan perayaan, harapan dan impian. Yang salah adalah bila hari-hari berlalu tanpa makna, apalagi bila menyangkut hampir dua ratus lima puluh juta penduduk Indonesia.


Empat puluh lima tahun yang lalu, Indonesia masih masuk kedalam kelompok terbelakang (under developed country) dengan sumber daya yang masih terbatas. Saat ini, negara kita sudah menjadi emerging nation yang diramalkan akan menjadi macan regional bahkan menjadi salah satu negara terkuat di dunia. Saat ini pula, kita bia melihat bahwa 'pembangunan kesehatan' sudah maju cukup pesat yang ditandai dengan dibangunnya berbagai sarana pelayanan kesehatan milik swasta dan pemerintah. Baik rumah sakit swasta, klinik, apotik, laboratorium dan rumah sakit spesialitik yang memberikan pelayanan khusus. Misalnya, rumah sakit mata, rumah sakit bedah, rumah sakit THT dan sebagainya. Sumber daya manusia kesehatan juga sudah sangat banyak. Dokter spesialis mungkin sudah hamper sama banyaknya dengan dokter umum. Perawat dan bidan berpendidikan tinggi juga tidak kurang jumlahnya. Akan tetapi, apakah semuanya itu mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat? Jawabannya belum tentu!


Yang pertama yang sangat kasat mata yang dapat kita lihat bahwa sarana pelayanan kesehatan yang 'berkualitas' menumpuk di kota-kota besar seperti Jakarta dan ibukota propinsi. Disebut dengan istilah excess capacity. Di daerah, dimana 80 persen penduduk Indonesia bertempat tinggal, pelayanan kesehatan hanya dilayani oleh rumah sakit umum daerah dan puskesmas. Kalaupun ada rumah sakit swasta, kelasnya tidak jauh berbeda. Konsekuensinya, semakin banyak pasien yang dirujuk yang tentu saja memerlukan biaya yang tidak sedikit. Bagi yang punya uang, ini bukan masalah, ke luar negeri sekalipun akan mereka jalani, tetapi bagi mereka yang ekonominya pas-pasan, berobat menjadi sangat mahal dan dapat membuat orang jatuh miskin (impoverishing care).


Pemerintah membuat terobosan dengan meluncurkan askeskin yang sekarang bernama Jamkesmas. Namun entah kenapa, niat tulus pemerintah pemerintah ini masih carut marut. Model dokter dan bidan PTT yang menggantikan model Inpres dulu juga menjadi salah satu penyebab kekacauan pelayanan. Sebabnya, sesudah 6 bulan dokter dan bidan PTT segera akan meninggal lokasi baik untuk melanjutkan pendidikan atau praktek di kota besar yang lebih menjanjikan. Kalau dulu, wajib kerja sarjana sedikitnya 3 tahun.

Sistem Pelayanan Kesehatan Nasional: Perlu Ditata Ulang


Kelihatannya, sistem kesehatan nasional tidak cukup menjawab kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat. Salah satu penyebab adalah karena sistem pelayanan kesehatan nasional tidak fokus menjawab masalah-masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat. Sistem kesehatan nasional cenderung terlalu filosofis, birokratis dan tidak mengakar. Orang sakit tidak akan sembuh oleh berbagai rapat, seminar dan workshop. Penyakit hanya dapat disembuhkan dengan obat, bukan dengan resep dan pentunjuk bagaimana menjalankan Pola Hidup Bersih Sehat. Bagaimana masyarakat mau menjalankannya bila tidak ada air bersih? Diperlukan bukti konkrit.


Penataan Sistem Pelayanan Kesehatan kelihatannya sudah mendesak untuk dilakukan. Tujuannya adalah agar pelayanan kesehatan menjadi mudah terjangkau dan merata, bisa di beli oleh masyarakat, bermutu, efektif dan efisien. Pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien sangat perlu sebab sakit kepala misalnya, bisa diobati dengan istirahat saja namun bisa pula dengan berbagai pemeriksaan penunjang yang berbiaya sangat mahal dan akhirnya sembuh dengan nasihat saja. Ini hanya satu contoh saja.

Memaknai Hari Kesehatan Nasional


Hari Kesehatan Nasional sebaiknya dimaknai dengan benar, khususnya oleh tenaga kesehatan, dan lebih khusus lagi oleh Menteri Kesehatan dan para pejabat eselon. Di awal masa bakti Kabinet Indonesia Bersatu jilid II ini ada baiknya Hari Kesehatan Nasional ke 45 ini dimaknai sebagai awal dari permulaan perubahan dan awal dari inisiatif baru untuk menata ulang Sistem Pelayanan Kesehatan Nasional yang merata, terjangkau, efektif dan efisien. Hanya dengan cara ini kesamaan mutu pelayanan di Jakarta dan kota paling ujung di Timur dan Barat Indonesia bisa terwujud.
Selamat ulang tahun, selamat menikmati hidangan yang tersedia namun jangan lupa, rakyat membutuhkan perubahan!

*Penulis adalah ahli kesehatan masyarakat, pemerhati kesehatan dasar, tinggal di Medan

Selasa, 02 November 2010

Sosialisasi dan Pemahaman BLUD

Jarum jam menunjukan pukul 09.00 pagi, tampak hadir undangan seluruh pejabat struktural eselon 2,3 dan 4 serta tim penyusunan RSB & RBA, ada hal yang menarik pada hari ini bagaimana tanggapan dan komentar yang beragam dari mulai cara menyajikan yang dikomentari sampai dengan statement-statement yang kedengarannya membuat kita tersenyum dan ketawa, sehingga pertemuannya terasa lebih hidup.Dari hasil kegiatan sosialisasi disini nampak jelas masih beragamnya persepsi pemahaman tentang BLUD dari mulai peraturan-peraturan dan sampai kepada alur proses pengusulan.ada yang mengusulkan perlunya advokasi dan lobi-lobi.
Ada yang menarik dari komentar wadir pelayanan "saat ini bukan lagi waktu Ikita untuk sosialisasi akan tetapi bagaimana aksi kita...." pertanyaanya mampukah kita menyiapkan semua dokumen-dokumen pendukung BLUD tersebut (waktu tinggal 2 bulan lagi) semoga......(by.NHJ)

Senin, 01 November 2010

PRAY TO INDONESIA

Untuk kita renungkan....
Bencana akhir-akhir ini yang terjadi di negeri ini membuat kita sedih dan pilu...ucapan keperihatinan tak henti-hentinya datang dari berbagai lapisan masyarakat baik dari dalam dan luar..terlepas Bencana itu adalah musibah dan musibah itu datang dari sang pencipta bumi dan langit ini...tapi kita harus mampu dan siap bila bencana itu datang, muncul pendapat dan prediksi dari para peramal dan ahli kalau bencana ini akan terjadi di Bengkulu setelah mentawai, siapkah kita menghadapinya dan bagaimana kita mengatasi atau menekan dampak negatif dari bencana itu....sebenarnya Bengkulu sudah berpengalaman menghadapi bencana alam Gempa Bumi yaitu juni tahun 2000 dan september 2007.
Ada hal yang terlupa kita sering baru kasak kusuk kalau bencana itu sudah terjadi tapi kita tidak pernah menyiapkan kalau bencana itu datang tiba-tiba....(bersambung)...